Cerpen : Asih Dewayanti
Duh, aku ga nyangka bakal kaya begini. Ibu dan bapakku
kompak banget marahin aku. Apa salahnya sih jika aku punya rahasia? Punya
privacy? Aku sungguh pengen punya kamar sendiri. Di situ aku bisa lakuin apa
saja yang aku suka. Tidur dengan gaya semauku, baca-baca cerita, corat-coret
gambar, atau sms-an dan telpon-telponan sepuasnya.
Sumpah, aku pengen banget kaya teman-temanku, terutama teman
satu geng-ku. Rasanya mereka punya kebabasan yang jauh lebih banyak dari aku.
Aku belum pernah mendengar mereka mengeluh telah ditegur atau dimarahi ibunya
jika pulang maen kesorean. Juga belum pernah ada yang mengeluh karena hp-nya
disimpan paksa oleh orangtuanya. Bahkan aku asik-asik saja main game on-line di
kamar temanku seharian.
Tapi coba apa yang terjadi denganku ? Huuuh,
sebel....sebel....sebellllllll. Super sebelnya. Semuanya diatur, semuanya
terasa salah di mata orangtuaku.
Semua ini pastilah gara-gara aku ga pinter menyimpen
rahasiaku sendiri. Selama ini ibuku cuma selalu dan selalu mengingatkan agar
aku tidak tidur terlalu malam. Aku cuma mengiyakan, padahal aku sering sms-an
sampai ketiduran dalam kamar (yang ku-klaim sebagai kamarku sendiri). Pagi itu
aku susah sekali bangun meski pintu kamar sudah digedor-gedor oleh kedua
orangtuaku. Mereka membangunkan aku untuk sholat Subuh. Dengan sangat malas aku
ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan sholat Subuh. Hampir setiap pagi
ibuku ngomel-ngomel seperti ini gara-gara aku susah bangun pagi.
Nah, usai sholat maghrib, aku dengan kakak perempuanku
dipanggil dan diajak bicara. Tepatnya diminta untuk mendengarkan ibuku bicara.
Tidak ada teriakan atau marah-marah. Tidak ada. Ibuku bicaranya pelan, lambat,
tenang, meski aku merasakan ada emosi amarah yang sungguh tertahan.
" Jika ada lelaki, siapa pun itu, lalu bilang sayang
atau cinta pada kalian, jangan percaya. Apalagi sambil memuji kalian ini
cantik, pintar, manis, membuat rindu, sekedar lewat sms di hape kalian. Sekali
lagi dan untuk ke sekian kalinya : jangan pernah percaya. Tapi jika kalian tak
percaya kata-kata ibu ini tidak apa-apa. Percayalah saja pada laki-laki yang
membuat hati kalian berbunga-bunga. Tak apa. Hanya saja ibu minta pada kalian,
agar kalian sampaikan pada laki-laki itu untuk menghadap ibu dan ayah kalian
ini . Segera ".
" Menghadap ? Untuk apa ?" tanyaku. Berjuta tanya
menari-nari di benakku.
" Sekalian dengan keluarga besarnya".
" Keluarganya ? Kenapa?"
" Ya. Sekalian suruh bawa mahar untuk melamar kalian.
Ibu dan ayah akan nikahkan kalian ".
" HAHHHH ? Nikah ?"
" Ya. Tidak aneh, bukan ?"
" Kan kami masih sekolah ? Kok disuruh nikah ? Nanti
gimana dong sekolahnya ? Nafkahnya ? Trus punya anak, gitu ? Kita kan masih
kecil ?Belum lulus ? Belum kerja ?"
" Ya, benar. Benar itu. Kalian pintar walau kalian
sadar kalian masih kecil...."
Aku menungggu perubahan reaksi di wajah ibuku. Terus
menungu..... Tak ada. Tetap. Ibu hanya menatap wajah kami berdua dalam-dalam.
Aku tak berani melawan tatapannya. Ini pasti gara-gara sms-sms ku semalam
yang tak kuhapus. Ya, aku memang sedang asyik-asyiknya berdekat-dekat
dengan seorang kakak kelas di sekolahku. Dia cowo tampan pujaan cewek-cewek di
sekolah, dia menanggapi sinyal "asmaraku" meski cuma lewat sms.
Padahal aku tahu betul dia adalah pacar sahabatku sendiri. Aku cuma iseng. Cuma
main-main.
" Jangan pernah main-main dengan api. kalian bisa
terbakar", cess......rasanya ibu bisa membaca pikiranku. Punya ilmu dari
mana dia. Aku kerap tak mampu bersembunyi dari pengawasannya. Beberapa kali aku
berdusta, selalu katahuan, setidaknya curiga.
" Mulai hari ini, tak ada hp aktif setelah jam 9 malam.
Tak perlu ibu merampaskan bukan ? Atau , jika kalian merasa ini masih juga
tidak adil, kalian boleh pilih yang ini : Suruh lelaki itu ke sini melamar kamu
!"
" Tapi kan ?........."
" Cukup jelas, kan ? Pikirkan baik-baik, lalu ambil
keputusan besok pagi. Ibu mau mau istirahat dulu...". Lalu ibu beranjak
dan duduk di dekat ayah yang sedari tadi hanya menjadi pendengar sambil
menganggguk-angguk....
....ooooh, kali ini, ibu memang
tidak main-main….
Cirebon,
Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan ini adalah refleksi harianku, segala komentar....please-please aja.