Sabtu, 19 Juni 2010

ADE RUKMINI




Aku tersentak ketika mendengar bahwa suami Ibu Ade Rukmini, meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.Kapan ? Tanyaku spontan. Lebih tersentak lagi saat kudapati jawabannya: sekitar dua tahun lalu karena kecelakaan.
Aku tertegun. Jadi selama setahun ini perempuan mungil, cantik, dan selalu ceria ini tak bersuami lagi? Kok aku tak tahu ? Setahun kami ber-teman di kelas pasca ini, bahkan sering ngobrol, bicara tentang apa saja , di mana saja. Di kelas, di perpustakaan, terutama di tempat kami biasa makan siang. Siapa yang tak cerdas secara sosial ? Aku merasa mengenalnya , tapi sungguh-sungguh tak tahu tentang ini. Uh, aku jadi malu.
Sepanjang per-jalanan pulang dari rumah Bu Ade, demikian kami memanggilnya, berseliweran di benak ku sosoknya. Seorang ibu yang juga wakil kepala sekolah di sebuah SMP ini dengan wajah yang tak lepas dari senyum. Siapa sih yang menyangka bahwa sebenarnya ia single parent buat anak-anaknya ? Ia tak pernah mengeluh atau ber cerita apa pun tentang ini. Cerita-ceritanya hanyalah seputar kesi-bukannya di sekolah dan anak-anaknya. Bicara tentang materi perku-liahan dengannya juga nyam-bung banget.
Ade Rukmini. Perempuan ini telah memberikan sebuah pelajaran hidup. Me-nyembunyikan duka, menghadirkan kece-riaan, membangun kebahagiaan. Hidup terus berjalan menuju masa depan, dan masa lalu memberikan hikmah yang tak boleh disia-siakan. Terima kasih, bu Ade !

Y O G I





Ini kisah seorang anak muda. Sekilas, tak ada yang istimewa pada dirinya. Biasa saja, tak beda dengan yg lain. Cuma sedikit “cool” karena rada mahal senyum.
Kuda-pati dia di sebuah arena lomba karya cipta lagu. Sungguh-sungguh tak ada yang hebat. Malah, terkesan ga pede menampilkan kepiawaiannya. … tapi tunggu ! Tunggu sebentar. Ada yang unik terdengar di telingaku. Mmmm, yaph! Suaranya ! Anak muda ini punya voice keren banget! Baguskah suaranya ? Entahlah…..

Aku ga ngerti musik, ga paham seni suara. Tapi feeling-ku berkata : sejatinya ia punya suara bagus bener. Alirannya ? Ah, sebodo, aku ga tahu. Nada garangnya dapet, serak-serak basahnya aduhai lah asal mau diasah terus. Anak muda ini harus menyadari mutiara berharga itu dalam dirinya.
Aku sempat gemes dengan “keminderannya” yang parah. Selalu saja ia bilang ga bisa nyanyi meski terbukti ia menang walau bukan juara pertama. Cobalah…. cobalah….kau bisa ! Aku yakin betul kau bisa. Pada kesempatan berikutnya aku sampai “memohon” agar ia mau tampil nyanyi lagi. Bahkan mau-maunya aku menyempatkan diri mendengar ia berlagu dengan gitarnya sepulang sekolah. Tuh, kan ? Percaya ga sih kamu bisa nyanyi ?

Di lain kesempatan kusaksikan Yhogi, demikian nama anak muda ini, tampil sebagai vokalis dari dua group band : Blue Berry Band dan Aeroponik. Musiknya memang terasa berisik dan panas untuk telinga-telinga jadul seusiaku. Tapi, aku cuma fokus pada suaranya. Pas dengan lagu-lagu beraliran keras, tapi kurasa ia akan lebih berkarakter untuk lagu-lagu balada atau country seperti yang sering dibawakan Iwan Fals atau Slank tapi yang sedikit lembut.
Yhogi, kupercaya kau bisa. Kutahu kau bisa. Ku berharap kau selalu berusaha untuk bisa. Kau tak harus perfect pada pelajaran, tapi kau harus tunjukkan kau punya nilai plus untuk potensimu yang ini. Tetaplah ikuti aturan sekolah, patuhi gurumu , tunaikan kewajibanmu. Doaku untukmu…..berjalanlah terus menyusuri hidupmu seirama nada-nada yang mengalir dalam urat nadimu : bernyanyi !
Your Mom : Love You forever (Asihdewa)

Di Atas bumi di kolong langit, 9 Mei 2010 **