Sabtu, 19 Juni 2010

ADE RUKMINI




Aku tersentak ketika mendengar bahwa suami Ibu Ade Rukmini, meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.Kapan ? Tanyaku spontan. Lebih tersentak lagi saat kudapati jawabannya: sekitar dua tahun lalu karena kecelakaan.
Aku tertegun. Jadi selama setahun ini perempuan mungil, cantik, dan selalu ceria ini tak bersuami lagi? Kok aku tak tahu ? Setahun kami ber-teman di kelas pasca ini, bahkan sering ngobrol, bicara tentang apa saja , di mana saja. Di kelas, di perpustakaan, terutama di tempat kami biasa makan siang. Siapa yang tak cerdas secara sosial ? Aku merasa mengenalnya , tapi sungguh-sungguh tak tahu tentang ini. Uh, aku jadi malu.
Sepanjang per-jalanan pulang dari rumah Bu Ade, demikian kami memanggilnya, berseliweran di benak ku sosoknya. Seorang ibu yang juga wakil kepala sekolah di sebuah SMP ini dengan wajah yang tak lepas dari senyum. Siapa sih yang menyangka bahwa sebenarnya ia single parent buat anak-anaknya ? Ia tak pernah mengeluh atau ber cerita apa pun tentang ini. Cerita-ceritanya hanyalah seputar kesi-bukannya di sekolah dan anak-anaknya. Bicara tentang materi perku-liahan dengannya juga nyam-bung banget.
Ade Rukmini. Perempuan ini telah memberikan sebuah pelajaran hidup. Me-nyembunyikan duka, menghadirkan kece-riaan, membangun kebahagiaan. Hidup terus berjalan menuju masa depan, dan masa lalu memberikan hikmah yang tak boleh disia-siakan. Terima kasih, bu Ade !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan ini adalah refleksi harianku, segala komentar....please-please aja.