Minggu, 28 April 2019

Inginku

Simpel judulnya, tapi dalam maknanya. Buatku.
Inginku, sederhana. Ingin ngajar di kelas 10. Kelas paling awal di bangku SMA.
Apa istimewanya ?
Tak ada mungkin, tapi bagiku sungguh sebuah impian.
Apakah itu karena aku belum pernah mengajar di kelas 10 ?
Pernah, pernah kok.

Mengajar di kelas 10 itu bagiku punya makna khusus. terutama terkait dengan materi ekonomi yang menjadi materi pembelajaran ayang kuampu, dan terkait psiokologis belajar peserta didiknya.

Begini.
Awal mula ngajar dulu tahun 2008 (juli) aku mendapat tugas mengajar materi PKn. saat ini kelas 10 masih shif siang/sore. Tidak optimal lah ngajar di shif ke dua tuh. Tapu aku beersyuur, di hari guru tahun itu aku bisa dipercaya mendapat dua penghargaan guru di hari guru.
Tentu saja ini penghargaan yang sangat memotivasi.
Tak apa meski bukan untuk mata pelajaran ekonomi.

Berikutnya aku juga masih punya kesempatan ngajar kelas 10. Untuk PKn lagi, kemudian Sosiologi. berikutnya ngajar kelas 10 mipa untuk lintas minat menggantikan pak H. Willy.
Semua kusuyukuri.
Aku memang tidak bisa full ngajar ekonomi di kelas 10 karena masih ada guru0guru senior yang tidak bersedia mengajar di kelas 12. Jadilah aku yang spesialis guru ekonomi kelas 11.

Tak apa semua kusyukuri.
Kini aku sudah pada tahap puncak jenuh ngajar "akuntansi" saja di kelas 10. Kebetulan hanya tinggal aku dan pak H, jarkasih saja guru ekonomi yang ada. Kelas sepuluh semester ini ditangani oelh pak Hegi. Guru-guru lain sudah pada pensiun tanpa ada pengganti. Mulai dari Pak H. Toto, bu Hj Eka, bu Neni, Pak. H. Willy, dan Bu Herni.
Nah, aku bisa agak mendesak wakakur untuk ini.
Sukurlah pak Hegi bersedia. semoga tahun depan aku bisa full di kelas sepuluh. Aamiin...

Kenapa kelas sepuluh ?
Ada banyak obsesi terkait mindset peserrta didik dan guru terhadap psikologis kelas 10 ips.
Aku berharap, Allah berikan aku kekuatan untuk memperbaiki segala yang kurag baik.
Siapa dulu yang bangga thd kelas ips jika bukan guru2nya ? Nah, aku mau memulai, insyaallah ada beberapa rekan yang seide denganku. Semoga bu Hartini, Bu Lilis, pak Fahmi dll bisa sejalan denganku meski kami tak harus bertemu. Kesamaan atau kemiripin ide dan gaya mengajar, semoga bisa mengubah catatan sejarah tentang peserta didik dari ips.

aku sungguh-sungguh siap untuk mendobrak. Gubrag !! Siappppp


Senin, 01 April 2019

TATAP MATAKU




Puisi : Asih Dewayanti

Bila kaulihat ada cahaya di sana
Itu cintaku
Bila kaulihat ada embun menetes
Itu cintaku
Bila kaulihat ada kabut, bagai selimut
Itu pun cintaku
Bila kaulihat bara amarah
Kau tahu, itu juga cintaku
Bila kautemui rindang pepohonan
Aku tetap katakan, itulah cintaku
Maka
Tatap mataku, anakku
Hanya ada cinta

Cirebon, 19 Desember 2018

PASIR BERBISIK




Puisi : Asih Dewayanti

Mereka datang
Berduyun ditingkap raungan mobil cadas
Berselimut hangat menepis kebekuan
Berburu cantiknya mentari pagi

Mereka datang
Merindu sebuah rasa , bisikan mesra
Di bawah hangat sang surya
Di kaki Bromo tempat memuja
Tumpahkan persembahan, Kasada
Dan...
Hamparan pasir, hadirkan nuansa
Maha perkasa penguasa marcapada

Mereka datang
Mereka tengadah
Lalu tertunduk
Di antara pasir berbisik
Di Bromo

Malang, 15 Desember 2018

IBU




Puisi : Asih Dewayanti

Selarik ucapmu
Melangitkan doa
Sejurus tatapmu
Melautkan rindu
Di tapal batas hidupku
Ke mana lagi kutemukan ridhoNya
Selain darimu
Ibu

Bangkalan 20 Desember 2018

BILA MUNGKIN



Puisi : Asih Dewayanti

Bila mungkin
Aku masih boleh menitip rindu
Kuharap ia sampai padamu
Terbang bersama awan
Lantas luruh
Basahi bumi
Basahi hati

Bila mungkin
Senyummu ada untukku
Kusongsong ia dengan laut asmaraku
Perih jalan nafas ini telah kufuri tulusmu
Sedangkan kasihmu adalah kasihNYA

Bila masih ada mungkin
Harapku,
mungkin itu masih mungkin
Aku sampai di batas letih
Kehilangan cintamu

Bangkalan, 23.12.2018

KEMARILAH, NAK


Puisi :ASIH DEWAYANTI

Kemarilah , Nak
Duduk di sampingku
Mari satukan jemari
Temani aku yakinkan hati
Bahwa tak guna menanti yang tak pasti


Dengarlah, Nak
Gemuruh ombak itu
Masih ombak yang kemarin, bukan ?
Lengkingan sumbang burung layang-layang
Masih mampu menyetetmu untuk berlari?
Kenapa kau diam?
Tidakkan kau berlari mengejar ombak
Hingga kuteriakibkau agar kembali ?
Tapi ka terus berlar dan berlari
Karena tatapmu kautancapkan pada satu noktah
Di sana
Lantar layar putihitu menjemput tawamu
Kau bernanyi sumbang
Bapaaaaak...Bapaaak...
Bapak datang bawa ikan segudang

Kemarilah, Nak
Yakinkan aku, ombak memang bergulung
Tapi masih seperti kemarin, bukan?
Ia tak menggulung apa pun
Tidak juga bapakmu
Kau yakin, Nak ?
Ombak itu tak menggulung apa pun.
Tidak juga bapakmu
Kau tak berlari menyambutnya ?

Tentang tsunami Pandeglang, Desember 2018
( Bangkalan , 24 Desember 2018)