Simpel judulnya, tapi dalam maknanya. Buatku.
Inginku, sederhana. Ingin ngajar di kelas 10. Kelas paling awal di bangku SMA.
Apa istimewanya ?
Tak ada mungkin, tapi bagiku sungguh sebuah impian.
Apakah itu karena aku belum pernah mengajar di kelas 10 ?
Pernah, pernah kok.
Mengajar di kelas 10 itu bagiku punya makna khusus. terutama terkait dengan materi ekonomi yang menjadi materi pembelajaran ayang kuampu, dan terkait psiokologis belajar peserta didiknya.
Begini.
Awal mula ngajar dulu tahun 2008 (juli) aku mendapat tugas mengajar materi PKn. saat ini kelas 10 masih shif siang/sore. Tidak optimal lah ngajar di shif ke dua tuh. Tapu aku beersyuur, di hari guru tahun itu aku bisa dipercaya mendapat dua penghargaan guru di hari guru.
Tentu saja ini penghargaan yang sangat memotivasi.
Tak apa meski bukan untuk mata pelajaran ekonomi.
Berikutnya aku juga masih punya kesempatan ngajar kelas 10. Untuk PKn lagi, kemudian Sosiologi. berikutnya ngajar kelas 10 mipa untuk lintas minat menggantikan pak H. Willy.
Semua kusuyukuri.
Aku memang tidak bisa full ngajar ekonomi di kelas 10 karena masih ada guru0guru senior yang tidak bersedia mengajar di kelas 12. Jadilah aku yang spesialis guru ekonomi kelas 11.
Tak apa semua kusyukuri.
Kini aku sudah pada tahap puncak jenuh ngajar "akuntansi" saja di kelas 10. Kebetulan hanya tinggal aku dan pak H, jarkasih saja guru ekonomi yang ada. Kelas sepuluh semester ini ditangani oelh pak Hegi. Guru-guru lain sudah pada pensiun tanpa ada pengganti. Mulai dari Pak H. Toto, bu Hj Eka, bu Neni, Pak. H. Willy, dan Bu Herni.
Nah, aku bisa agak mendesak wakakur untuk ini.
Sukurlah pak Hegi bersedia. semoga tahun depan aku bisa full di kelas sepuluh. Aamiin...
Kenapa kelas sepuluh ?
Ada banyak obsesi terkait mindset peserrta didik dan guru terhadap psikologis kelas 10 ips.
Aku berharap, Allah berikan aku kekuatan untuk memperbaiki segala yang kurag baik.
Siapa dulu yang bangga thd kelas ips jika bukan guru2nya ? Nah, aku mau memulai, insyaallah ada beberapa rekan yang seide denganku. Semoga bu Hartini, Bu Lilis, pak Fahmi dll bisa sejalan denganku meski kami tak harus bertemu. Kesamaan atau kemiripin ide dan gaya mengajar, semoga bisa mengubah catatan sejarah tentang peserta didik dari ips.
aku sungguh-sungguh siap untuk mendobrak. Gubrag !! Siappppp
sweet love
Sebuah refleksi harian. Berkisah seputar lingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari. Seputar perasaan kasih sayang antara seorang ibu terhadap semua anak-anaknya. Seputar harapan , impian, cita-cita, bahkan kerap berupa obsesi.................
Minggu, 28 April 2019
Senin, 01 April 2019
TATAP MATAKU
Puisi
: Asih Dewayanti
Bila kaulihat ada cahaya di sana
Itu cintaku
Bila kaulihat ada embun menetes
Itu cintaku
Bila kaulihat ada kabut, bagai selimut
Itu pun cintaku
Bila kaulihat bara amarah
Kau tahu, itu juga cintaku
Bila kautemui rindang pepohonan
Aku tetap katakan, itulah cintaku
Maka
Tatap mataku, anakku
Hanya ada cinta
Cirebon, 19 Desember 2018
PASIR BERBISIK
Puisi
: Asih Dewayanti
Mereka datang
Berduyun ditingkap raungan mobil cadas
Berselimut hangat menepis kebekuan
Berburu cantiknya mentari pagi
Mereka datang
Merindu sebuah rasa , bisikan mesra
Di bawah hangat sang surya
Di kaki Bromo tempat memuja
Tumpahkan persembahan, Kasada
Dan...
Hamparan pasir, hadirkan nuansa
Maha perkasa penguasa marcapada
Mereka datang
Mereka tengadah
Lalu tertunduk
Di antara pasir berbisik
Di Bromo
Malang, 15 Desember 2018
IBU
Puisi
: Asih Dewayanti
Selarik ucapmu
Melangitkan doa
Sejurus tatapmu
Melautkan rindu
Di tapal batas hidupku
Ke mana lagi kutemukan ridhoNya
Selain darimu
Ibu
Bangkalan 20 Desember 2018
BILA MUNGKIN
Puisi
: Asih Dewayanti
Bila mungkin
Aku masih boleh menitip rindu
Kuharap ia sampai padamu
Terbang bersama awan
Lantas luruh
Basahi bumi
Basahi hati
Bila mungkin
Senyummu ada untukku
Kusongsong ia dengan laut asmaraku
Perih jalan nafas ini telah kufuri
tulusmu
Sedangkan kasihmu adalah kasihNYA
Bila masih ada mungkin
Harapku,
mungkin itu masih mungkin
Aku sampai di batas letih
Kehilangan cintamu
Bangkalan, 23.12.2018
KEMARILAH, NAK
Puisi :ASIH DEWAYANTI
Kemarilah , Nak
Duduk di sampingku
Mari satukan
jemari
Temani aku
yakinkan hati
Bahwa tak guna
menanti yang tak pasti
Dengarlah, Nak
Gemuruh ombak
itu
Masih ombak yang
kemarin, bukan ?
Lengkingan
sumbang burung layang-layang
Masih mampu
menyetetmu untuk berlari?
Kenapa kau diam?
Tidakkan kau
berlari mengejar ombak
Hingga
kuteriakibkau agar kembali ?
Tapi ka terus
berlar dan berlari
Karena tatapmu
kautancapkan pada satu noktah
Di sana
Lantar layar
putihitu menjemput tawamu
Kau bernanyi sumbang
Bapaaaaak...Bapaaak...
Bapak datang
bawa ikan segudang
Kemarilah, Nak
Yakinkan aku, ombak
memang bergulung
Tapi masih seperti
kemarin, bukan?
Ia tak
menggulung apa pun
Tidak juga
bapakmu
Kau yakin, Nak ?
Ombak itu tak
menggulung apa pun.
Tidak juga
bapakmu
Kau tak berlari menyambutnya
?
Tentang tsunami Pandeglang,
Desember 2018
( Bangkalan , 24
Desember 2018)
Langganan:
Postingan (Atom)